Demonstrasi tersebut bentuk kekecewaan pemuda menyikapi status Gedung Pemuda yang dijadikan kantor dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP).
Padahal kata Ketua KNPI Toraja Utara, Belo Tarran, sebelum masa pemerintahan Bupati Yohanis Bassang (Ombas) dan Wakilnya Frederik Victor Palimbong (Dedy) gedung pemuda adalah sekretariat pemuda yang memiliki catatan sejarah hingga terbentuknya Kabupaten Toraja Utara (Setelah mekar dari Tana Toraja).
Massa aksi yang mengatasnamakan "Kombongan to Mangura" sempat terlibat saling dorong dengan petugas dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) karena tidak diijinkan memasuki lokasi gedung.
Pantauan di lokasi, demonstran membakar ban di depan gedung pemuda sambil berorasi bergantian menyampaikan aspirasi kekecewaan terhadap pemerintah daerah.
"Kami bukan penjahat, kami hanya kembali ke rumah kenapa dihalang-halangi. Gedung ini adalah gedung pemuda tempat para senior terdahulu membahas daerah kita ini. Ingat pemuda adalah tonggak sejarah terbentuknya Toraja Utara," teriak salah satu demonstran.
Tak berhenti sampai disitu, puluhan kursi dan meja juga jadi target pemuda melampiaskan emosi sebab tak ada jalan keluar yang diberikan pemerintah. Meja dan kursi dibakar di halaman gedung pemuda eks DPRD Toraja Utara.
Massa pun kembali terlibat saling dorong dengan personel Satpol PP yang berjaga di area gedung.
Saat ini aksi yang dinamai "Gedung Pemuda Memanggil" masih berlanjut. Petugas Satpol PP dan personel Polisi masih bersiaga di lokasi demonstrasi.
Sebelumnya, gedung pemuda difungsikan sebagai kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Toraja Utara. Pada 3 April 2023, Kantor DPRD dipindahkan ke eks Markas Kepolisian Resor (Mapolres) atau kantor Polres Toraja Utara.
Sehari pasca kepindahan DPRD, KNPI dan DPMPTSP berebut gedung pemuda untuk dijadikan kantor. Keduanya sama-sama mendatangi eks kantor DPRD membawa serta barang-barang Inventaris kantor.
Situasi sempat menegang karena kedua pihak sama-sama bersikeras dan berbuntut hingga aksi saat ini. (Ricdwan)